Makmur Tore’ : foto duk. Pena.
MAMASA,PENASULBAR.COM – Belakangan ini kutipan Yuval Noah Harari sedangi viral. Terinspirasi hikmat Budhisme, ia menerangkan bahwa penderitaan sesungguhnya adalah ketidakihlasan menerima realitas karena pikiran dikuasai oleh keinginan.
“Suffering arises from craving; the only way to be fully liberated from suffering is to be fully liberated from craving; and the only way to be liberated from craving is to train the mind to experience reality as it is.” kata Harari.
Menolong setiap orang agar sanggup hidup damai, bebas dari penderitaan, dengan cara membebaskan diri dari keinginan (letting go: Inggris) atau mengikhlaskan keadaan (nrimo: jawa).
Di sisi lain, kita tidak dapat menutup mata bahwa banyak manusia yang mengalami penderitaan secara faktual. Orang yang sakit kanker, orang terbaring lemah karena kelaparan, perempuan dan anak yang trauma karena kekerasan seksual , orang tua yang tertatih-tatih seharian mencari sesuap nasi untuk sanak-anaknya yang belum makan, dan sebagainya. Sungguh kita kehilangan jiwa kemanusiaan jika kita berkata “anda tidak menderita, anda hanya tidak bisa mengikhlaskan kenyataan”.
Menurut data Studi Bright Institute yang diberitakan koran Tempo, pada tahun 2024 Indonesia masuk peringkat ke 77 dari 127 negara dengan tingkat kelaparan tertinggi, dengan total 5,9% dari jumlah penduduk, alias 16,2 juta orang. Sementara itu, data Global Cancer Statistics (Globocan) memperlihatkan bahwa di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker baru dengan 234.511 kematian yang disebabkan oleh kanker (kabar Kompas). Dua kasus tersebut adalah contoh penderitaan faktual yang dialami Masyarakat Indonesia.
Pada bulan april tahun 2025 ini, orang Kristen di Indonesia merayakan Paskah. Secara umum orang Kristen memaknai Paskah sebagai kemenangan dari dosa dan maut. Tetapi orang Kristen tidak boleh lupa bahwa sebelum peristiwa Paskah, Yesus Kristus berkeliling kampung, hidup bersama dan menolong orang-orang yang menderita. Sebelum peristiwa Paskah ada masa-masa penderitaan Yesus Kristus yang memuncak pada penyaliban di Jumat Agung. Semua itu merupakan perwujudan kepedulalian-Nya dengan menanggung penderitaan dan keberdosaan manusia.
Paskah bukan hanya kemenangan atas maut tetapi juga kemenangan atas dosa ketidakpedulian dan penindasan atas sesama manusia. Paskah adalah kemenangan seorang yang rela memberi diri-Nya hingga mati demi membersamai kehidupan dengan mereka yang menderita. Paskah adalah kebangkitan Kristus bersama orang-orang yang bersedia memberi diri dan menggumuli penderitaan bersama sesamanya manusia.
Defenisi kelima penderitaan (suffering) dalam kamus Collin adalah “If something suffers, it does not succeed because it has not been given enough attention or is in a bad situation”. Penderitaan adalah kegagalan yang disebabkan karena kurangnya kepedulian/ perhatian.
Penderitaan tidak hanya disebabkan karena ketidakmampuan melepaskan keinginan (faktor personal) tetapi juga karena ketiadaan perhatian (ketidakpedulian) antara satu dengan yang lain (faktor sosial).
Melalui perayaan Paskah, orang Kristen seharusnya semakin menghayati kepeduliaan Tuhan bagi manusia dengan mewujudkan kepedulian bagi sesama yang menderita.
Kepeduliaan dapat dinyatakan dengan berbagi materi dan jasa, tetapi lebih dari itu kepedulian dinyatakan melalui hati yang lapang untuk menjadi sesama bagi orang-orang yang menderita, tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras dan golongan, untuk saling menopang sebagai sesama ciptaan Tuhan.
Diera media sosial digital/ internet, orang-orang tampak sangat akrab, tetapi di dunia nyata kadang-kadang orang merasa terasing asing satu dengan yang lain. Kadangkala kebersesamaan secara langsung tanpa media sosial justru canggung, formalis dan kering. Perasaan keterasingan harus diretas oleh orang Kristen.
Seperti Allah tidak mengasingkan diri-Nya dari dunia, malah memikul penderitaan dunia bersama manusia, demikian juga orang kristen menjalin relasi kreatif-penuh kasih dengan sesama. Keterjalinan dalam kebersesamaan, terutama yang terasing dan menderita dimulai dalam keluarga, gereja, hingga masyarakat. (MT)