Untuk menghindari Kecelakan Sungai, Camat Kalumpang Himbau Gunakan Baju Pelampung bagi Pengguna Klotok

Pembagian baju pelampung kepada para penggunan kolotok di Kalumpang.

Mamuju,Penasulbar.co.id – Pemerintah Kecamatan Kalumpan menghimbau kepada para pengguna Klotok (alat penyebarangan sungai) untuk menggunakan baju pelampung.

Himbauan itu disampaikan pasca kecelakaan sungai yang terjadi beberapa waktu lalu di sungai Karama, Dusun Kaluttun Desa Tumonga, Kecamatan Kalumpang pada Hari senin sore, (6/1/20) yang mengakibatkan korban meningal dunia.

Saat kejadian terjadi, sejumlah masyarakat mempertanyakan langka konkrit pemerintah setempat baik dalam upaya pencarian korban maupun dalam mengantisipasi kejadian serupa tidak terulang lagi.

Menjawab pertanyaan itu, Camat Kalumpang Abram, S.IP., kepada penasulbar.co.id mengatakan, pada saat mengetahui kejadian Laka sungai tersebut, keesokan harinya pihak pemerintah kecamatan, bekerjasama dengan pemerintah desa setempat, POLRI, TNI, BPBD dan Masyarakat langsung melakukan pencarian terhadap korban hingga ditemukan, meskipun pada saat ditemukan korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

“Saat informasi kecelakaan sungai kami ketahui, saat itu pulah kami bersiap dan bergerak menuju ke lokasi. Kami bersama, TNI, POLRI, BPBD dan sejumlah masyarakat melakukan pencarian dan berhasil menemukan korban dalam keadaan meninggal dunia,” tutur Abram, Minggu (12/1/2020).

Ia juga menjelaskan, sebagai bentuk perhatian Pemerintah Kecamatan Kalumpang terhadap keselamatan masyarakatnya, pada tanggal 12 April 2019 lalu, pihaknya telah menyerahkan baju pelampung kepada para pemilik Klotok dan mewajibkan penggunaan baju pelampung kepada seluruh penumpang klotok.

“Selenjutnya kami akan berkoordinasi dengan pihak OPD terkait yakni Dinas Perhubungan untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap kelayakan alat transportasi klotok yang digunakan dan kami akan memasang rambu-rambu lalu lintas transportasi klotok dari Kalumpang sampai karama dengan menentukan titik-titik mana saja dari Kalumpang hingga Karama yang bisa menjadi tempat untuk menurunkan penumpangnya, sehingga pengguna alat transportasi ini akan merasa lebih aman,” ungkap Abram.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, namun karena mengingat jalur sungai di wilayah ini terbilang cukup ekstrim dan telah banyak memakan korban jiwa setiap tahunnya. (Ns-01)

Redaktur : Nisan parrokak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *