Peringatan Hut Kabupaten Mamasa ke-20, Ketua BPMS GTM : Pembangunan Tak Sepadan dengan Usianya, Ribuan Warga Menderita di Pelosok

Ketua Umum BPMS GTM, Pdt. Deppatola Pawa, S.Th, MM.,. Foto: Duk. Pena

Mamasa,penasulbar.co.id – Hari ini 11 Maret 2022, genap usia Kabupaten Mamasa 20 Tahun.

Dalam Momentum peringatan HUT Kabupaten Mamasa ke-20, Ketua Umum BPMS GTM, Pdt. Deppatola Pawa, S. Th, MM., Menyampaikan sejumah kritik dan harapan.

Ia menilai pembangunan di Kabupaten Mamasa berjalan lamban dan tidak sepadan dengan usianya yang sudah genap 20 Tahun.

“Pembangunan berjalan lambat dan jauh dari harapan masyarakat,” terang Ketua BPMS GTM yang baru terpilih itu.

Ia mengatakan, semestinya pemerintah sejak awal harus memperioritaskan pembangunan infrastruktur jalan sebagai penentu mobilisasi pembangunan yang merata di semua daerah.

“seharusnya menjadi perhatian utama dan pertama sejak menjadi kabupaten sendiri adalah pembangunan infrastruktur jalan sebagai penentu mobilisasi pembangunan secara menyeluruh,” ungkap Pdt Deppatola.

Ia menyebutkan, sebagian besar masyarakat Kabupaten Mamasa khususnya warga GTM hidup di pelosok dan sangat menderita akibat minimnya akses jalan.

Sebelum Kabupaten Mamasa terbentuk hingga diusia Kabupaten Mamasa beranjak 20 tahun, masyarakat yang ada di pelosok hidup dalam penderitaan akibat akses jalan sangat minim.

“Sebagai Ketua unum BPMS GTM saya sungguh merasakan penderitaan saudara-saudara yang ada di pedesaan. Hampir setiap bulan kami berkunjung ke sejumlah jemaat yang ada di pelosok dan menempu perjalan yang begitu jauh dan rusak para, ” kata Deppatola.

Dia menyebutkan, beberapa warga GTM yang hingga hari ini hidup dalam keterisolasian akibat minimnya akses jalan, seperti di Kecamatan Tabulahan: Pangandaran, Burana, Saluleang, kecamatan Arale: Desa Baruru, Kecamatan Bumal : Salutambun; Kecamatan Bambang: Bambang Tengah, Bambang Hulu; Kecamatan Nosu : Massewe; Kecamatan Pana: Pana’, Manipi, Ulusalu dan Tabang.

“Tanpa bermaksud pengkotak-kotakan keyakinan agama, yang paling merasakan lambatnya pembangunan di Kabupaten Mamasa adalah 75% warga Gereja Toraja Mamasa yang merupakan masyarakat Kabupaten Mamasa. Terutama warga GTM yang sebagian besar berada di daerah-daerah pelosok terpencil. Kami bisa memberi penilaian karena warga kami paling banyak dan hampir setiap bulan kami kunjungan pelayanan, “pungkasnya.

Dia berharap, apa yang disampaikan ini menjadi perenungan mendalam bagi seluruh masyarakat Kabupaten Mamasa untuk menatap dan menata masa depan daerah anugrah Tuhan ini lebih baik di tahun-tahun mendatang.

“Tentu kita sangat bersyukur Kabupaten Mamasa terbentuk dan telah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin, namun kita pun harus jujur di hadapan Tuhan Pemilik utama daerah ini, bahwa kita semua masih gagal mengurus, mengelola dengan baik Kabupaten Mamasa yang kita cintai,” ungkanya.

Ia menhgajak semua warga gereja untuk berdoa agar Kabupaten Mamasa bisa lebih baik dimasa yang akan datang.

“Jangan biarkan kampung “kita” terus merana, menderita dan terus hanya dalam ratapan berkepanjangan entah kapan berakhir, bagaikan umat Tuhan dalam penderitaan dan ratapan berpuluh-puluh tahun di tanah perbudakan dan pembuangan di Babel,”.

“Kita semua harus bangkit dan maju bersama ke depan, bergandengan tangan semua komponen masyarakat dengan spirit keyakinan agama masing-masing. Ingat, tidak lama lagi daerah kita akan sangat dekat dengan Ibu Kota Negara baru di Kalimantan Timur,” ajak Deppatola.

Dia berpesan agar kelemahan dan kegagalan masa lalu bisa dijadikan pelajaran untuk menata daerah ini lebih baik dimasa yang akan datang.

“Akhirnya saya mengucapkan:
Selamat HUT Kabupaten Mamasa ke-20. Tanah air kehidupan semua warga Kondo Sapata Uai Sapalelean, Pitu Ulunna Salu. Mari satukan hati dan tekad dalam semangat kekeluargaan bergandengan tangan, membangun daerah kita bersama dengan semangat falsafah nenek moyang kita ‘MESA KADA DIPUTUO, ” tutup Deppatola. (Ns-01)

Redaktur : Nisan Parrokak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *