Ketika Jalan Tertutup Longsor dan Banjir, Sang Kades Memilih Tak Menyerah demi Warganya

Kades Pangandaran Agustus Susanto (baju merah) sedang membantu warganya mengangat kendaraanya menyebrangi banjir. Foto. Duk. Pena. 

Mamasa,penasulbar.com — Di tengah guyuran hujan dan deru longsor yang menutup akses jalan, seorang pemimpin kecil di pelosok Mamasa menunjukkan arti kepemimpinan sejati. Ia adalah Agus Susanto, Kepala Desa Pangadaran, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Sejak 22 Oktober lalu, desanya terisolir akibat longsor besar yang menimbun jalan utama. Tanpa menunggu bantuan datang, Agus segera turun tangan. Ia meninjau titik longsor, mengerahkan warga untuk bergotong royong membersihkan material yang menutup badan jalan, dan berupaya membuka kembali jalur penghubung yang menjadi nadi kehidupan masyarakat Pangadaran.

Kades Pangadaran sedang membantu warganya melewati jalan yang tertutup longsor.

Tak berhenti di situ, pria paruh baya itu juga terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Mamasa untuk meminta bantuan. Namun sambil menunggu, ia memilih tak diam. Ia ikut membantu warganya menyeberangi sungai yang meluap dan menuntun motor mereka melewati genangan banjir demi memastikan semua bisa sampai dengan selamat.

“Sejak hari pertama jalan tertutup, saya sudah pantau terus. Saya khawatir longsor susulan bisa membahayakan warga, apalagi banyak yang nekat lewat demi mencari kebutuhan pokok,” tutur Agus, yang akrab disapa Santo, dengan suara lelah namun penuh tekad.

Hujan deras, malam yang gelap, dan ancaman tanah longsor tak menyurutkan langkahnya. Hampir setiap hari, Santo terlihat di lokasi jalan poros Pangadaran–Burana, satu-satunya jalur penghubung bagi warga. Ia memastikan tidak ada yang terjebak di tengah perjalanan dan memantau setiap perubahan kondisi jalan.

“Sebagai kepala desa, saya harus hadir. Tugas saya bukan hanya memerintah, tapi memastikan warga saya aman dan bisa bertemu keluarganya di rumah,” ujarnya.

Bagi Santo, kepemimpinan bukan tentang jabatan, melainkan tentang keberanian berdiri di garis depan ketika warganya kesusahan. Dan di tengah bencana yang melumpuhkan desanya, ia telah membuktikan bahwa hati yang tulus mampu melampaui batas hujan, lumpur, dan bahaya. (Ns-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *