Bonsdag/P3GTM Menghadirkan Miniatur Budaya Indonesia

Oleh Hartanto S. Ksi
(Pranata Humas Ahli Muda)

Mamasa,penasulbar.co.id – Sekilas Sejarah Bonsdag (Belanda=hari persekutuan) pemuda Gereja Toraja Mamasa pertama kali diselenggarakan di Jemaat Kayuberang yang kini masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Buntumalangka pada 26 Juli 1939 yang dimotori oleh seorang pendeta Belanda bernama Pdt. Geleinjse (dikutip dari buku “Datanglah KerajaanMu” oleh W.A. Van Der Klis).

Kegiatan Bonsdag berganti nama pada perhelatan tahun 1976 di Mamasa dengan nama Pekan Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Mamasa (P3GTM). Inilah perhitungan P3GTM pertama yang hingga 19 Juni 2023 lalu diselenggarakan lagi P3GTM ke XI di Salutambun, Kecamatan Buntumalangka, Kabupaten Mamasa.

Ada yang menarik pada perhelatan Bonsdag/P3GTM XI Salutambun kali ini? Saat pembukaan kegiatan yang dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat kabupaten, para peserta karnaval dari 71 Klasis Sinode Gereja Toraja Mamasa (GTM) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia menampil atraksi budaya yang menarik perhatian dan beraneka ragam .

Atraksi pakaian adat Dayak Klasis Borneo (Kalimantan) yang berhasil memukau hadirin yang membludak memenuhi lapangan sepak bola Salutambun, Klasis Sulawesi Tengah dengan khasana pakaian adat suku Kaili-nya, Klasis Polewali Mandar yang juga takkala serunya dengan pakaian Mandar dan atraksi kuda sayyang pattudu (kuda menari yang ditunggangi gadis Mandar), atraksi sejumlah klasis wilayah Mamasa dengan pakaian Toraya dengan manik-manik yang indah memukau dan ditambah dengan pakaian khas Tabulahan dari berbagai Klasis di wilayah kecamatan Tabulahan. Selain itu masih ada sejumlah klasis dari luar wilayah pemerintahan Kabupaten Mamasa yang turut meramaikan perhelatan lima tahunan pemuda Sinodal GTM ini.

Dari perhelatan yang diisi dengan kegiatan olahraga dan seni ini dengan khasana budaya daerah masing-masing dan dibalut dengan kesatuan iman Kristen persekutuan pemuda di wilayah GTM menggambarkan miniatur keragaman budaya Indonesia dalam khasana keagamaan.

Makna utama yang dipetik dari kegiatan ini adalah hadirnya keragaman budaya yang ditampilkan oleh pemuda-pemudi Kristen dan dipersatukan dengan kegiatan P3GTM. Hal ini sejalan dengan sambutan Direktur Urusan Agama Kristen Kemenag RI Pdt. Amsal Yowei yang menekankan bahwa kegiatan P3GTM XI adalah momen kebangkitan pemuda kristiani dan menjadi pelopor dan contoh bagi pemuda-pemudi bangsa Indonesia secara umum untuk bangkit dan memberikan konstribusi bagi tegaknya integitas bangsa ditengah munculnya radikalisme, kelompok-kelompok separatis bersenjata, dan yang terbaru gejala munculnya politik identitas menjelang perhelatan Pemilu 2024. Amsal menekankan menguatnya isu politik identitas menjadi tantangan bagi tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa sehingga Gereja terpanggil untuk menjaga dan menjadi pelopor perdamaian, merangkul perbedaan suku, agama dan ras.

Kegiatan P3GTM XI walaupun terselenggara di daerah yang masih tergolong daerah pinggiran dengan akses transportasi jalan yang sempit, tetapi hari ini telah membuka cakrawala ke-Indonesiaan dengan menghadirkan puluhan ribu peserta pengisi kegiatan dan para pelaku ekonomi menengah ke bawah dengan munculnya lapak-lapak penjual kuliner, buah, sayuran dan lain lain dalam beragam budaya dan agama. Menyatu dalam kegiatan ini, saling melengkapi, saling berbagi selama 7 hari perhelatan P3GTM. Momen kegiatan ini berhasil meletakkan kapasitas pemuda sebagai tulang punggung bagi partisipasi pembangunan dan menjadi aktor utama menjaga integritas bangsa.

Kesuksesan pemuda-pemudi Kristiani GTM pada perhelatan P3GTM hari ini diharapkan menjadi referensi perhelatan P3GTM 5 tahun mendatang sehingga dapat terus meningkatkan keimanan generasi muda dan menjadi salah satu pilar kekuatan menjaga integritas bangsa. ( hrt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *