Kondisi jalan poros -Burana-Pangandaran-Baruru. Foto: duk. Pena
Mamasa,penasulbar.com – Delapan dekade telah berlalu sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Para pejuang bangsa telah mengusir penjajah dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di bumi pertiwi, menandai berdirinya Republik Indonesia sebagai negara merdeka.
Kini, sebagian besar masyarakat Indonesia telah menikmati buah kemerdekaan melalui pembangunan yang terus digalakkan pemerintah. Namun, tidak semua warga di pelosok negeri ini merasakan kemerdekaan dalam arti yang sesungguhnya, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil.
Kondisi tersebut masih dirasakan oleh warga Desa Pangadaran di Kecamatan Tabulahan dan Desa Baruru di Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Kedua desa ini hingga kini masih terisolasi akibat minimnya pembangunan infrastruktur, khususnya akses jalan.
Ribuan warga di desa tersebut hidup dalam keterbatasan dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar akibat buruknya akses transportasi. Ironisnya, wilayah ini justru dikenal sebagai salah satu penghasil komoditas unggulan seperti beras, kopi, kakao, nilam, serta berbagai komoditas ekspor lainnya.
Sayangnya, untuk memasarkan hasil pertanian tersebut, warga harus mempertaruhkan keselamatan menempuh jalan ekstrem, terjal, dan harus menyeberangi sungai deras saat musim hujan tiba.
Kepala Desa Baruru, Rusman SM, mengungkapkan bahwa meski Indonesia telah 80 tahun merdeka, warganya belum benar-benar merasakan arti kemerdekaan.
“Sejujurnya, kami belum menikmati kemerdekaan. Semua komoditas pertanian di Baruru bisa tumbuh, bahkan tanaman ekspor seperti kakao dan kopi. Tapi sebanyak apapun hasilnya tidak berarti karena sulitnya akses pemasaran,” ujar Rusman kepada penasulbar.com, Minggu (17/8/2025).
Ia berharap, momentum HUT ke-80 RI menjadi pintu harapan bagi warganya. Rusman meminta agar Pemerintah Kabupaten Mamasa dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat segera membangun jalan ke Baruru dan Pangandaran.
“Kami mohon perhatian Pemda Mamasa dan Pemprov Sulbar agar pembangunan jalan menuju Baruru–Pangadaran segera direalisasikan,” pintanya.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Pangadaran, Agus Susanto. Ia menuturkan bahwa meski Mamasa telah menjadi kabupaten selama lebih dari 20 tahun, belum ada pembangunan jalan yang menyentuh desa mereka.
“Kami terus memohon kepada Pemda Mamasa dan Pemprov Sulbar untuk membangun jalan poros Burana–Pangadaran–Baruru. Di usia ke-80 tahun Indonesia merdeka, kami ingin ikut merasakan kemerdekaan melalui infrastruktur yang layak,” ujarnya.
Agus Susanto berharap adanya pemerataan pembangunan di wilayah Kabupaten Mamasa, khususnya di desa-desa terpencil seperti Pangadaran.
“Sejak Kabupaten Mamasa terbentuk, belum pernah ada pembangunan jalan dari Pemda ke Pangadaran. Kami hanya ingin keadilan pembangunan,” tegasnya. (Ns-01)